Monday, August 30, 2010

KALAM PENGETUA

Segala puji bagi Allah atas berbagai macam nikmat yang Allah berikan. Shalawat dan salam atas suri tauladan kita Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam kepada keluarganya dan para pengikutnya.
Semua pasti telah mengetahui keutamaan malam Lailatul Qadar. Namun, kapan malam tersebut datang? Lalu adakah tanda-tanda dari malam tersebut? Semoga kita dimudahkan oleh Allah untuk mendapatkan malam yang keutamaannya lebih baik dari 1000 bulan.


Keutamaan Lailatul Qadar

Saudaraku, pada sepertiga terakhir dari bulan yang penuh berkah ini terdapat malam Lailatul Qadar, suatu malam yang dimuliakan oleh Allah melebihi malam-malam lainnya. Di antara kemuliaan malam tersebut adalah Allah mensifatinya dengan malam yang penuh keberkahan. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةٍ مُبَارَكَةٍ إِنَّا كُنَّا مُنْذِرِينَ (3) فِيهَا يُفْرَقُ كُلُّ أَمْرٍ حَكِيمٍ (4)
“Sesungguhnya Kami menurunkannya (Al Qur’an) pada suatu malam yang diberkahi. dan sesungguhnya Kami-lah yang memberi peringatan. Pada malam itu dijelaskan segala urusan yang penuh hikmah.” (QS. Ad Dukhan [44] : 3-4). Malam yang diberkahi dalam ayat ini adalah malam lailatul qadar sebagaimana ditafsirkan pada surat Al Qadar. Allah Ta’ala berfirman,

إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ (1)
“Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Quran) pada malam kemuliaan.” (QS. Al Qadar [97] : 1)

Keberkahan dan kemuliaan yang dimaksud disebutkan dalam ayat selanjutnya,

لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ (3) تَنَزَّلُ الْمَلَائِكَةُ وَالرُّوحُ فِيهَا بِإِذْنِ رَبِّهِمْ مِنْ كُلِّ أَمْرٍ (4) سَلَامٌ هِيَ حَتَّى مَطْلَعِ الْفَجْرِ (5)
“Malam kemuliaan itu lebih baik dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh) kesejahteraan sampai terbit fajar.” (QS. Al Qadar [97] : 3-5)

Kapan Malam Lailatul Qadar Terjadi?

Lailatul Qadar itu terjadi pada sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar pada sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Terjadinya lailatul qadar di malam-malam ganjil itu lebih memungkinkan daripada malam-malam genap, sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam,

تَحَرَّوْا لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى الْوِتْرِ مِنَ الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ
“Carilah lailatul qadar di malam ganjil dari sepuluh malam terakhir di bulan Ramadhan.” (HR. Bukhari)

Terjadinya lailatul qadar di tujuh malam terakhir bulan ramadhan itu lebih memungkinkan sebagaimana hadits dari Ibnu Umar bahwa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ - يَعْنِى لَيْلَةَ الْقَدْرِ - فَإِنْ ضَعُفَ أَحَدُكُمْ أَوْ عَجَزَ فَلاَ يُغْلَبَنَّ عَلَى السَّبْعِ الْبَوَاقِى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir, namun jika ia ditimpa keletihan, maka janganlah ia dikalahkan pada tujuh malam yang tersisa.” (HR. Muslim)

Dan yang memilih pendapat bahwa lailatul qadar adalah malam kedua puluh tujuh sebagaimana ditegaskan oleh Ubay bin Ka’ab radhiyallahu ‘anhu. Namun pendapat yang paling kuat dari berbagai pendapat yang ada sebagaimana dikatakan Ibnu Hajar dalam Fathul Bari bahwa lailatul qadar itu terjadi pada malam ganjil dari sepuluh malam terakhir dan waktunya berpindah-pindah dari tahun ke tahun. Mungkin pada tahun tertentu terjadi pada malam kedua puluh tujuh atau mungkin juga pada tahun yang berikutnya terjadi pada malam kedua puluh lima tergantung kehendak dan hikmah Allah Ta’ala. Hal ini dikuatkan oleh sabda Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam,

الْتَمِسُوهَا فِى الْعَشْرِ الأَوَاخِرِ مِنْ رَمَضَانَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ فِى تَاسِعَةٍ تَبْقَى ، فِى سَابِعَةٍ تَبْقَى ، فِى خَامِسَةٍ تَبْقَى
“Carilah lailatul qadar di sepuluh malam terakhir dari bulan Ramadhan pada sembilan, tujuh, dan lima malam yang tersisa.” (HR. Bukhari)

Catatan : Hikmah Allah menyembunyikan pengetahuan tentang terjadinya malam lailatul qadar di antaranya adalah agar terbedakan antara orang yang sungguh-sungguh untuk mencari malam tersebut dengan orang yang malas. Karena orang yang benar-benar ingin mendapatkan sesuatu tentu akan bersungguh-sungguh dalam mencarinya. Hal ini juga sebagai rahmat Allah agar hamba memperbanyak amalan pada hari-hari tersebut dengan demikian mereka akan semakin bertambah dekat dengan-Nya dan akan memperoleh pahala yang amat banyak. Semoga Allah memudahkan kita memperoleh malam yang penuh keberkahan ini. Amin Ya Sami’ad Da’awat.

Tanda Malam Lailatul Qadar

[1] Udara dan angin sekitar terasa tenang. Sebagaimana dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,

لَيْلَةُ القَدَرِ لَيْلَةٌ سَمْحَةٌ طَلَقَةٌ لَا حَارَةً وَلَا بَارِدَةً تُصْبِحُ الشَمْسُ صَبِيْحَتُهَا ضَعِيْفَةٌ حَمْرَاء
“Lailatul qadar adalah malam yang penuh kelembutan, cerah, tidak begitu panas, juga tidak begitu dingin, pada pagi hari matahari bersinar lemah dan nampak kemerah-merahan.” (HR. Ath Thoyalisi. Haytsami mengatakan periwayatnya adalah tsiqoh /terpercaya)

[2] Malaikat menurunkan ketenangan sehingga manusia merasakan ketenangan tersebut dan merasakan kelezatan dalam beribadah, yang tidak didapatkan pada hari-hari yang lain.

[3] Manusia dapat melihat malam ini dalam mimpinya sebagaimana terjadi pada sebagian sahabat.

[4] Matahari akan terbit pada pagi harinya dalam keadaan jernih, tidak ada sinar. Dari Abi bin Ka’ab bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda yang artinya,”Shubuh hari dari malam lailatul qadar matahari terbit tanpa sinar, seolah-olah mirip bejana hingga matahari itu naik.” (HR. Muslim) (Lihat Shohih Fiqh Sunnah II/149-150)

Semoga Allah memudahkan kita untuk meraih malam tersebut. Amin Yaa Mujibas Saailin.

Tuesday, August 10, 2010

KETIBAAN BULAN RAMADHAN AL-MUBARAK

Ketibaan Bulan Ramadhan

Umat Islam akan menyambut bulan yang mulia, bulan Ramadhan yang penuh dengan keberkatan serta mengandungi hikmahnya yang tersendiri. Oleh itu marilah kita sama-sama mengucapkan
''Marhaban Ya Ramadhan". Marhaban menggambarkan suasana penerimaan tetamu disambut dan diterima dengan lapang dada dan penuh kegembiraan. "Marhaban Ya Ramadhan" (selamat
datang Ramdhan) mengandungi erti bahawa kita menyambut Ramdhan dengan lapang dada, penuh kegembiraan dan tidak dengan keluhan.

Rasulullah sendiri sentiasa menyambut dgn gembira setiap kali kedatangan Ramadhan. Berita gembira itu disampaikan pula kepada sahabatnya sambil bersabda : "Sungguh telah datang
kepadamu bulan Ramdhan, bulan yg penuh keberkatan. Allah memfardukan atas kamu puasanya. Didlm bulan Ramdhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu
seluruh syaitan. Padanya ada suatu malam yg lebih baik dari 1000 bulan.


Barang siapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan." (Hr.Ahmad)

Marhaban Ramadhan, kita ucapkan untuk bulan suci itu kerana kita mengharapkan agar jiwaraga kita diasah dan diasuh, utk melanjutkan perjalanan menuju ke pangkuan Allah. Perjalanan kpd Allah itu dilukiskan oleh ulama salaf sbg pengalaman yg penuh ujian dan rintangan. Ada gunung yang harus dihakis. Itulah nafsu. Di gunung itu ada lereng yang curam dan ganas pula perjalanannya tetapi apabila tekat tetap membaja sebentar lagi akan nampak cahaya terang-benderang dan saat itu akan nampak dengan jelas rambu-rambu jalan, nampak tempat-tempat yang indah utk berteduh serta telaga-telaga jernih utk melepaskan dahaga. Apabila perjalanan dilanjutkan akan ditemukan kenderaan Ar-Rahman utk menghantar musafir bertemu dengan kekasihnya.

Untuk sampai pada tujuannya, tentu diperlukan bekalan yg mencukupi. Bekalan itu
adalah benih-benih kebajikan yang harus kita tabur di dalam jiwa kita. Tekad yang keras dan membaja utk memerangi nafsu agar kita mampu menghidupkan malam Ramadhan dengan solat dan tadarus, serta siangnya dengan ibadat kepada Allah melalui pengabdian untuk agama.

Melangkah masuk gerbang puasa, bererti memasuki gerbang pertapaan dan latihan.
Oleh itu, sudah semestinya sebelum melangkahkan kaki kita perlu menyiapkan diri
serta menyediakan bekalan yang perlu. Bekalan serta latihan yg perlu disediakan ialah :

* mengulangkaji pelajaran berkenaan puasa, agar apabila kita memasuki dan
menjalani ibadah puasa itu dengan pengetahuan yang diperbaharui dengan
mempunyai pedoman yang baik dan petunjuk yang sempurna.

* memperlihatkan kegembiraaan dan ketenangan jiwa dalam menghadapi bulan puasa,
sebagaimana dilalui Rasulullah dan sahabat-sahabatnya.


* Memperbanyakkan doa semoga Allah memberikan tenaga, kelapangan dan kesempatan
mengerjakan puasa dan mudah-mudahan Allah mentaufikkan kita supaya kita dapat menunaikan puasa dengan hati yang jujur dan tulus ikhlas, jauh daripada perasaan ria, ujud, sumah dan segala penyakit yang menghilangkan pahala puasa.

Kata Al Mualia ibn Fadlil: "Para sahabat membahagi tahunnya kepada dua bahagian. Bahagian pertama, mereka menggunakannya untuk memohon kepada Allah agar menerima.puasa yang dilaksanakan. Bahagian kedua, mereka menggunakan nya utk berdoa, memohon dan mengharap kepada Allah agar memberikan tenaga dan kekuatan untuk melaksanakan puasa yg akan datang itu."
(Lathaiful Ma'rif 156)

* Menguatkan semangat untuk menjalankan latihan dengan sempurna, agar kita memperolehi kesan-kesan yg diharapkan daripada berpuasa itu. Bulan puasa itu adalah bulan latihan jihad, memerangi hawa nafsu serta tamak haloba.


Bulan puasa itu juga adalah bulan bercucuk tanam untuk AKHIRAT, bulan menghasilkan bekalan untuk hari kemudian, bulan membersihkan dan mensucikan diri daripada pelbagai dosa serta menghias diri dengan budi pekerti yang ti nggi. Oleh itu, kita perlu menyiapkan diri bagi
menunaikan segala hak puasa.

* Menyediakan diri utk menjaga benih-benih amalan yang kita tanam pada bulan Ramadhan. Ini adalah kerana jika seseorang menanam benih, tidak menyiraminya dan tidak menjaganya dengan baik, akan mengeluh dan menggigit jari ketika menuai kelak iaitu ketika dihadapan ALLAH SWT



* Membuang adat tradisi yang memberatkan. Kita dapati sebahagian besar umat Islam menanti kehadiran bulan puasa dengan memberatkan diri dalam urusan pembelanjaan. Pelbagai barangan dibeli untuk menyambut puasa.

Seorang ulama Salaf menjual jariahnya kepada seorang saudagar hartawan, maka ketika jariah itu melihat betapa besar himmah tuannya yang kaya raya itu dalam menyediakan makanan puasa, dia bertanya kepada tuannya itu; "Untuk apakah tuan menyediakan makanan ini, selama yang
sudah-sudah, tuan tidak sesungguh ini mendari dan mengumpulkannya?" Saudagarhartawan itu menjawab,

"Untuk bulan puasa yang sedikit hari lagi akan tiba".


Mendengar jawapan tuannya, jariah itu berkata, "Kiranya tuan tidak pernah berpuasa selain
daripada puasa bulan Ramadhan dan kiranya tuan mengadakan puasa Ramadhan itu untuk bersedap-sedapan dan membanyakkan makanan, saya tidak dapat bersama tuan, sudilah kiranya tuan menjual saya kembali kepada tuan saya yang dahulu." (Lathaiful Ma?rif 155)

Memberatkan diri dan boros berbelanja kerana puasa adalah keadaan yang tidak sekali-kali disukai syarak. Syarak menyuruh kita membanyakkan memberi makanan kepada fakir miskin dan memenuhi dengan sempurna hak keluarga, bukan menyuruh kita membanyakkan makanan pada bulan puasa ini.

Itulah bekalan serta latihan yang perlu kita laksanakan bagi menyambut kehadiran Ramadhan.

Bekalan serta latihan itu sewajarnya membantu kita melaksanakan ibadat puasa dengan penuh nikmat serta memenuhi kehendak agama Islam.

Rasulullah mempunyai tatacaranya tersendiri ketika menyambut Ramadhan.

Pertama : Baginda memperbanyakkan puasa pada bulan Syaaban. Ini dapat dilihat menerusi hadis yang diriwayatkan oleh Al-Bukhari dari Aisyah yang bermaksud:

"Adalah Rasulullah saw kadangkala terus menerus berpuasa, hingga kami mengatakan bahawa baginda tidak pernah berbuka dan kadangkala terus berbuka hingga kami mengatakan bahawa baginda tidak pernah berpuasa sunat. Namun demikian saya tidak pernah melihat Rasulullah SAW.menyempurnakan puasa sebulan penuh selain bulan Ramadhan dan saya tidak pernah melihat baginda banyak berpuasa sebagaimana puasa di bulan Syaaban."

Kedua:Mengadakan ceramah pada akhir bulan Syaaban untuk menyambut Ramadhan.


Pada hari terakhir bulan Syaaban, Rasulullah berceramah di hadapan golongan sahabat utk menerangkan keutamaan dan keistimewaan bulan Ramadhan.

Diriwayatkan oleh Ibn Khuzaimah daripada Salman yang bermaksud:

"Rasulullah SAW pada hari terakhir dari bulan Syaaban berkhutbah dihadapan kami. Maka baginda bersabda: 'Sungguh telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang penuh keberkatan. Allah telah mewajibkan kepadamu puasa-Nya . Di dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu syurga
dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu seluruh syaitan. Padanya ada satu malam yang terlebih baik dari 1000 bulan. Barang siapa tidak diberikan kepadanya kebaikan malam itu, maka sesungguhnya dia telah dijauhkan dari kebajikan."

Telah datang kepadamu bulan Ramadhan, penghulu segala bulan, maka "Selamat datanglah" kepadanya. Wahai manusia! Sesungguhnya kamu akan sentiasa dinaungi oleh bulan yang sentiasa besar lagi penuh keberkatan, bulan yang Allah menjadikan puasanya satu kewajipan dan qiam pada malam harinya suatu tatawwu?.

Barang siapa mendekatkan diri kepada Allah dengan suatu pekerjaan kebajikan didalamnya samalah dia dengan orang yg menunaikan sesuatu fardu pada bulan lainnya.

Ramadhan itu adalah bulan sabar sedangkan sabar itu pahalanya adalah syurga.


Ramadhan itu adalah bulan yg memberikan pertolongan dan bulan Allah memberikan rezeki kepada mukmin di dalamnya.

Barangsiapa memberikan makanan berbuka kepada orang yang berpuasa, yang demikian itu adalah pengampunan bagi dosanya dan kemerdekaan dirinya daripada neraka. Orang yang memberikan makanan itu akan memperoleh pahala seperti yang diperoleh orang yang berpuasa. Allah memberikan pahala itu kepada orang yang memberikan walaupun sebutir kurma, atau seteguk air atau sehirup susu.

Dialah bulan yang permulaannya Rahmah, pertengahannya ampunan dan akhirnya kemerdekaan daripada neraka.

Barangsiapa yang meringankan beban seseorang (membantunya) nescaya Allah mengampuni dosanya.

Oleh itu banyakkanlah yang empat perkara pada bulan Ramadhan. Dua perkara untuk mendatangkan keredhaan Allah dan dua perkara lagi kamu sangat menghayatinya. Dua perkara yg pertama ialah mengakui dengan sesungguhnya tiada tuhan melainkan Allah dan mohon ampun kepadanya.Dua
perkara yang kamu sangat memerlukannya ialah mohon syurga dan perlindungan daripada neraka.

Barang siapa memberi minum orang yang berpuasa,nescaya Allah memberi minum kepadanya daripada kolam-Ku dengan sekali minum, dia tidak merasakan haus lagi sesudahnya sehingga dia masuk ke dalam syurga.

Berdasarkan hadis ini maka sudah sewajarnya ketika mengakhiri bulan Syaaban untuk memasuki bulan Ramadhan, kita mengadakan pertemuan atau ceramah bagi memberi panduan kepada masyarakat iaitu apa yang perlu dilaksanakan di dalam bulan Ramadhan kelak.

Ketiga: mengucapkan "tahniah" kerana kedatangan bulan Ramadhan.

Diriwayatkan oleh Ahmad dan An Nasa-i dari Abu Hurairah bahawa Rasulullah sentiasa menggembirakan kalangan sahabat atas kedatangan bulan Ramadhan.


Rasulullah menggembirakan kalangan sahabat dengan hadisnya yang bermaksud : "Sesungguhnya telah datang kepadamu bulan Ramadhan, bulan yang diberkati. Allah memerintahmu berpuasa didalamnya. Dalam bulan Ramadhan dibuka segala pintu syurga dan dikunci segala pintu neraka dan dibelenggu segala syaitan."

Berdasarkan penerangan hadis ini, perlulah kita mengucapkan tahniah sebagai tanda kegembiraan menyambut bulan yang berbahagia ini.

Kita perlu memberi ucap selamat ke atas kedatangan bulan yang dibuka didalamnya segala pintu syurga dan ditutup segala pintu neraka, serta dibelenggu segala syaitan.


Justeru bagi menyambut kehadiran Ramadhan ini kita berusahalah mengikuti segala garis panduan yang dinyatakan. Semoga kehadiran bulan Ramadhan ini akan memberi cahaya keimanan yang lebih terang buat kita semua.

Oleh Lujnah Dakwah & Ibadah